Pendahuluan
Karakter
adalah mainset dari fikiran seseorang yang setiap manusia mempunyainya. Karakter
bisa diartikan sebagai sifat dari seseorang. Yang menentukan baik buruknya seseorang
tersebut. Pendidikan karakter sebaiknya dilakukan sejak kanak-kanak. Tapi bukan
berarti yang dewasa tidak memerlukan pendidikan karakter. Orang dewasa pun
memerlukan pendidikan karakter tersebut. Tentunya ada perbedaan cara mendidik
karakter seorang anak kecil dan yang sudah beranjak dewasa dan mulai melangkah
di dunia nyata. Fikiran seorang anak bagaikan komputer yang masih baru.
Sedangkan fikiran seorang remaja bagaikan komputer yang sudah banyak diinstal
berbagai macam aplikasi komputer.
Jadi
intinya, anak kecil memerlukan pendidikan karakter dasar yang menanamkan
dasar-dasar moral dan budi pekerti. Seperti menghormati orang tua, menghormati
teman, saudara dan menghormati sesama makhluk hidup lainnya. Sedangkan
pendidikan moral pada orang dewasa lebih menjurus ke arah yang lebih spesifik
dan mendasar. Karena sebagaimana kita tahu, komputer yang sudah diisi dengan
berbagai macam aplikasi dapat melakukan berbagai hal yang mungkin bisa membuat
masalah yang besar. Begitu juga manusia dewasa. Jika karakter dari manusia
tersebut tidaklah baik, pasti akan membuat masalah dan merepotkan manusia
lainnya.
Karakter
mahasiswa haruslah bijaksana. Sebagai manusia yang tentunya berilmu tinggi
karena mengemban ilmu dari universitas, ilmu yang tinggi ini harus diikuti oleh
mainset yang matang. Karena jika tidak, ilmu yang seharusnya menjadi senjata
untuk merubah dunia menjadi lebih baik malah menjadi boomerang bagi dirinya
sendiri. Dan mungkin mencelakakan orang lain. Maka dari itu, pendidikan bagi
seorang mahasiswa mutlak perlu. Selain untuk menanamkan mainset fikiran yang
tajam berimbang, juga untuk menutupi lubang-lubang masalah yang mungkin saja
ada karena pengaruh lingkungan yang tidak baik.
Latar
Belakang
dewasa
ini tidak sedikit masyarakat Indonesia yang bertindak anarkis, tidak mentaati
peraturan dan bahkan melenceng dari norma-norma adat ketimuran Indonesia. Ini
disebabkan karena moral masyarakat bergeser kearah yang tidak baik. Maka dari
itu diperlukan pendidikan karakter sejak dini. Manusia Indonesia haruslah
menjadi manusia yang hebat. Yang bermoral dan berkarakter. Karakter yang
dimaksud adalah karakter Indonesia yang menjunjung tinggi adat ketimuran. Cinta
damai, taat akan peraturan, adalah karakter sesungguhnya dari masyarakat
Indonesia. Karena masyarakat Indonesia sekarang jauh berbeda dengan yang dulu,
maka dari itu diperlukan pendidikan karakter (character building). Dimulai
sejak anak usia dini sampai orang dewasa sekalipun.
Topik
Pembahasan
Masyarakat
sekarang lebih mengutamakan otot dari pada otak. Apalagi mahasiswa yang
kebanyakan remaja. Ego pada diri mahasiswa ini terkadang sangat tinggi. Jadi
tak jarang mereka emosi jika kehendak mereka tidak dituruti. Maka tak jarang
jika mahasiswa berdemo, sering terjadi bentrokan dengan polisi atau masyarakat
lainnya.
Kebiasaan manusia yang tidak baik juga sangat
mempengaruhi karakter mereka. Mereka terpengaruh oleh lingkungan disekitar
mereka. Apalagi mahasiswa yang kebanyakan dari mereka jauh dari rumah dan orang
tua. Mereka menjadi bebas dan terkadang tidak terkendali.
Kurangnya
pendekatan spiritual kepada Allah SWT. Juga berpengaruh besar dengan karakter
manusia. Karena jika mereka tidak dekat dengan tuhannya, hati mereka menjadi
keras dan ego mereka menjadi sangat tinggi.
Kurangnya
kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan karakter pada anaknya. Ini
dibuktikan dengan banyaknya anak-anak kecil yang sudah tidak mentaati
peraturan. Sekarang banyak anak-anak yang sudah melanggar peraturan. Berkelahi
contohnya. Mereka masih kecil tapi sudah berani melanggar norma-norma adat dan
agama.
Tujuan
Tujuan
dibuatnya makalah ini adalah untuk membahas tentang pendidikan karakter.
Khusunya untuk mahasiswa. Karena mahasiswa adalah penerus bangsa yang sedang
berdiri di pintu kedewasaan dan siap untuk terjun di masyarakat. Pembaca
diharapkan untuk mengerti bagaimana karakter yang baik dan tentunya bisa
berguna untuk masyarakat luas. Dan
setelah membaca makalah ini, diharapkan
bisa menjadi referensi atau bahan instropeksi diri bagi penulis dan
pembaca.
Pendidikan
karakter
Manusia
adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Karena manusia mempunyai akal. Tapi
terkadang mainset fikiran manusia bisa dikatakan tidak baik. Pendidikan
karakter mutlak perlu sejak manusia dalam masa kanak-kanak. Tapi bukan berarti
manusia dewasa tidak memerlukan pendidikan karakter. Apalagi mahasiswa yang
kebanyakan masih remaja. Remaja adalah masa yang penuh dengan gairah kehidupan.
Hal ini menjadikan remaja ber-ego tinggi. Dan terkadang egoisme yang tinggi ini
bisa menjadi masalah jika tidak bisa dikendalikan.
Manusia
yang ber-ego tinggi biasanya cepat marah. Dan lebih menggunakan otot dari pada
otak. Karena otak mereka telah dipenuhi emosi. Dan akibatnya mereka kehilangan
kendali atas diri mereka sendiri. Hal ini dapat menjadikan orang yang
kehilangan kendali tersebut lebih menggunakan otot dari pada otak mereka.
Karena bagi mereka melampiaskan amarah lebih menyenangkan dari pada harus
bersabar diri dan menyelesaikan masalah dengan berdiskusi. Pemikiran ini harus
dirubah karena kita tahu bahwa kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah.
Manusia seharusnya mempunyai karakter yang cinta damai. Sebagai mana yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau bahkan waktu menggunakan otot (dalam
hal ini berperang), beliau masih menggunakan otak. Beliau tidak akan menyerang.
Melainkan bertahan. Karakter yang mulia inilah yang harus dicontoh oleh
manusia. Otot mungkin bisa menyelesaikan satu masalah. Tapi malah akan
menimbulkan masalah lain nantinya. Karena otot adalah buah dari nafsu. dan
sebagaimana kita tahu bahwa nafsu (dalam hal ini adalah amarah) tidaklah baik.
Kebiasaan
manusia memiliki andil yang cukup besar dalam pembentukan karakter manusia. Karena
karakter manusia sebagian besar dibentuk oleh lingkungan sekitar. Lingkungan
yang tidak sehat mungkin saja bisa menggoyahkan pendirian mereka dan akhirnya
menjadikan karakter mereka menjadi tidak baik. Sifat dasar manusia yang hanya
ingin bersenang-senang menjadikan mereka memiliki kebiasaan yang buruk. Pergi
ke tempat hiburan malam tiap hari, bergaul dengan orang yang bebas,
minum-minuman keras dan lain-lain bisa membentuk buruknya karakter manusia.
Manusia harus menempa dirinya. Dengan masalah hidup yang dihadapinya, manusia
menjadi lebih kuat. Dan tentunya itu akan membentuk karakter manusia menjadi
kuat pula. Karakter kuat yang dimaksud adalah karakter yang hebat. Yang dapat
mengatasi masalah dengan kepala dingin, bisa mengendalikan nafsu amarah dan
bisa menurunkan ego dari seseorang.
Manusia
haruslah mempunya kebiasaan yang baik. Disiplin waktu, menjalankan perintah
agama dan lain-lain. Karena kita tahu bahwa lingkungan membentuk sebagian besar
karakter seorang manusia. Kebiasaan ini diajarkan pada saat manusia masih dalam
masa kanak-kanak. Namun juga bisa dirubah dengan sedikit usaha dan banyak
kemauan. Karena merubah kebiasaan seseorang memerlukan waktu dan kemauan, maka
dari itu diharapkan manusia memiliki kebiasaan yang baik diwaktu kecil dan
menjaga kebiasaan baik itu sampai kapanpun. Atau bahkan terus menambah
kebiasaan-kebiasaan baik lainnya. Jika sudah memiliki kebiasaan yang baik
diwaktu kecil, jangan sampai terpengaruh lingkungan disekitar yang buruk.
Sehingga kebiasaan baik tersebut tergantikan oleh kebiasaan buruk yang dibawa oleh
lingkungan yang tidak sehat di sekitar manusia.
Manusia
dapat memiliiki karakter yang kuat dan tidak gampang berubah jika memiliki iman
yang kuat. Kebiasaan-kebiasaan baik dari kecil bisa terus berjalan dan mungkin
malah bertambah banyak dengan cara pendekatan spiritual. Atau dengan kata lain
terus menambah ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena jika kita bertaqwa,
beriman, tidak akan pernah kita merubah kebiasaan baik kita. Mungkin malah akan
semakin bertambah. Maka dari itu, sebagai masyarakat Indonesia yang semua harus
beragama kita harus terus mendekatkan diri kepada tuhan.
Peran
orang tua dalam pembentukan karakter juga sangatlah penting. Karena pada saat
kecillah dasar-dasar atau pondasi dari karakter seseorang terbentuk. Jika
pondasinya kuat, maka karakter anak tersebut juga akan kuat, tidak mudah goyah
dan akan menolak semua pengaruh buruk yang mungkin saja datang kepadanya. Tapi
sayang. Sekarang ini banyak orang tua yang tidak sadar dengan hal itu. Para
orang tua banyak yang sibuk akan dunianya sendiri. Mereka lebih mengutamakan
karir mereka daripada karakter anak mereka sendiri. Para orang tua dengan tidak sengaja sering
mengajarkan untuk berbohong, mengajarkan untuk tidak sabar dan bahkan
mengajarkan mereka tidak mentaati peraturan.
Banyak
orang tua yang jika ditanya anaknya darimana, mereka menjawab dari tempat A
padahal dari tempat B. Itu secara tidak langsung mengajarkan anaknya berbohong.
Mungkin anak tidak mengetahui kebohongan orang tuanya. Tapi mereka bisa
belajar. Dan daya serap belajar pada anak usia dini, jauh lebih cepat dan
efektif dari orang dewasa. Maka tidak salah jika anak-anak Indonesia banyak
yang sudah pandai berbohong walaupun masih kecil. Itu baru contoh hal yang
kecil. Terkadang ada orang tua yang dengan mentah-mentah mengajari anaknya
berbohong kepada orang lain. Tentunya ini sangat berbahaya pada karakter anak
dikemudian hari.
Tidak
sedikit pula orang tua yang mengajarkan anaknya untuk tidak sabaran. Mereka
mengajarkan kepada anaknya untuk menyerobot antrian, tidak mau menunggu dan
bahkan marah-marah jika menunggu lama. Orang tua terkadang marah jika mengajari
anaknya pelajaran di sekolah. Ini secara tidak langsung juga berperan aktif
dalam memunculkan pemikiran ketidaksabaran pada anak. Anak mungkin menjadi
kesal dan dendam atas perlakuan yang didapatnya tersebut. Maka dari itu anak menjadi marah-marah juga kelak nanti
jika sedang mengajarkan sesuatu pada orang lain. Itu baru contoh kecil yang
mungkin tanpa kita sadari. Tapi itu berpengaruh besar dikemudian hari.
Anak
sekarang sering terlambat datang kesekolah. Jangankan anak-anak. Mahasiswa dan
orang dewasa lainnya juga sering datang terlambat. Entah itu dikarenakan
kebiasaan dari kecil atau perubahan instan akibat lingkungan. Tapi yang jelas,
jangan sampai terlambat menjadi karakter orang Indonesia. Jika itu akibat
lingkungan, bisa saja dengan mudah dirubah. Tapi jika itu adalah kebiasaan dari
kecil yang diajarkan orang tuanya, mungkin butuh tenaga ekstra untuk
merubahnya. Terkadang orang tua sekarang secara tidak sadar mengajarkan kepada
anaknya untuk melanggar peraturan. Seakan-akan kata-kata peraturan dibuat untuk
dilanggar sudah menjadi pemahaman umum dikalangan anak-anak dan orang dewasa.
Contohnya dikala mengendarai kendaraan bermotor tanpa pengaman. Orang tua
sering menunjukkan pelanggaran kecil tersebut. Kecil memang, tapi besar
dikemudian hari jika sampai anak-anak melihat dan bahkan mencontohnya.
Anak-anak akan meniru apa yang dilakukan orang disekitarnya. Apalagi orang
tuanya. Maka dari itu, berhati-hati dalam membangun pondasi karakter pada anak.
Logikanya, jika pondasi
dari sebuah rumah itu tidak bagus, maka bangunannya juga tidak akan bagus.
Mungkin bisa roboh. Sama halnya dengan anak kecil. Dimana pondasi karakter
dibentuk.
Faktor-faktor
pembentukan karakter.
Ada
dua faktor penyabab terbentuknya karakter seseorang. Yang pertama internal dan
yang kedua eksternal.
I, Faktor internal.
Faktor internal terbagi menjadi tiga bagian.
1. Faktor
instink biologis. Manusia mempunyai instink lapar. Itu sudah biasa. tapi
dorongan makan yang berlebih yang dapat menyebabkan sikap rakus dalam diri
seseorang.
2. Kebutuhan
psikologis. Yang disebut sebagai kebutuhan psikologis adalah rasa aman, nyaman,
penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri. Ini dibutuhkan manusia untuk
rasa nyaman yang tentunya setiap manusia ingin mendapatkannya. Tanpa adanya
rasa nyaman, manusia akan stress.
3. Kebutuhan
pemikiran. Yang disebut kebutuhan pemikiran yaitu akumulasi informasi yang
membentuk cara berfikir seseorang. Sebagaimana kita tahu bahwa otak adalah
pusat dari tubuh manusia. Otank memerintahkan tubuh manusia untuk bergerak.
Jika pemikiran otak kita sudah benar, maka tenunya perbuatan kita benar pula.
II. Faktor eksternal.
Faktor eksternal dibagi menjadi tiga bagian juga.
1. Lingkungan
keluarga. Keluarga adalah orang-orang yang menemani kita tumbuh hingga dewasa.
Bersama keluarga, kita mendapatkan dasar-dasar pelajaran moral dan etika. Dan
tentunya lewat keluargalah watak dan karakter seseorang terbentuk.
2. Lingkungan
sosial. Jika di rumah manusia berkumpul dengan keluarga, maka diluar rumah
lingkungan sosial yang menemani manusia. Tentunya manusia tidak bisa berada
didalam rumah saja. Karena hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Yang
artinya tidak bisa hidup sendiri atau membutuhkan orang lain untuk menunjang
kehidupan. Tentunya lingkungan sosial dimana manusia bergaul juga membentuk
karakter dari seseorang. Berhati-hati dalam memilih pergaulan atau lingkungan
sosial adalah wajib perlu. Karena jika tidak berhati-hati, karakter seseorang
yang sebenrnya sudah baik malah menjadi buruk.
3. Lingkungan
pendidikan. Yang terakhir adalah lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan
dimana kita dididik dan diajarkan tentang moral dan etika tentunya sangaat
berpengaruh terhadap karakter seseorang. Karena di dunia pendidikanlah otak
kita didoktrinn untuk menjadi benar. Jika mengajarnya salah, tentunya yang
masuk juga salah. Maka dari itu, memilih sekolah juga sangat perlu dan harus
berhati-hati.
Islam
membagi akhlak menjadi 2.
Didalam islam, akhlak seseorang terbagi menjadi 2.
Yaitu fitriyah dan muktasabah.
1. Akhlak
fitriyah. Yaitu akhlak yang dibawa sejak lahir atau sudah ada didalam hati
seseorang. Setiap manusia mempunyai karakter yang berbeda-beda. Tergantung
berasal dari mana keluarganya berada. Maksudnya, jika keluarga tersebut
mendukung pertumbuhan karakter anak tersebut menjadi baik, maka akan baik
karakternya.
2. Akhlak
mutasabah. Yaitu akhlak yang terbentuk secara instan akibat lingkungan sosial.
Akhlak ini tentunya tidak dibawa sejak lahir. Karena akhlak atau perilaku ini
didapatkan karena sering berinteraksi antar sesama makhluk sosial yang lain.
Ini bisa menjadikan kebiasaan yang baik jika lingkungan sosialnya mendukung
untuk menjadi baik. Namun sangat merugikan bila lingkungan itu tidaklah baik.
Membentuk
kepribadian unggul
Kepribadian
akan terbentuk setelah melalui beberapa proses. Tentu semua yang baik selalu
melalui proses terlebih dahulu. Karena Allah menilai segala sesuatunya dari
proses.
1. Adanya
nilai yang diserap seseorang dari beberapa sumber. Mungkin agama, ideologi, dan
sebagainya.
2. Nilai
membentuk pola pikir seseorang yang secara keseluruhan keluar dalam rumusan
visinya.
3. Visi
turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan keluar
dalam bentuk mentalitas.
4. Mentaliitas
mengaliir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara
keseluruhan disebut sikap.
5. Sikap
yang dominan dalam diri seseorang secara kumulatif mencitrai dirinya sendiri
yang disebut kepribadian. (www.goodreads.com)
Cara
merubah karakter
Bukan berarti
seseorang yang terlanjur berkarakter buruk lantas tidak bisa berubah menjadi
baik. Semua orang bisa berubah. Karena Allah menganugerahi manusia akal untuk
berfikir. Dan akal ini insya Allah bisa untuk dirubah dengan terapi-terapi
berikut ini.
1. Terapi
kognitif. Terapi kognitif adalah terapi cara berfikir seseorang. Dengan
memperbaiki cara berfikir seseorang, tentu merubah karakter seseorang tersebut.
Karena semua yang dilakukan seseorang dikendalikan oleh fikiran dari orang
tersebut. Membersihkan fikiran seseorang dari fikiran buruk adalah cara yang
tepat untuk merubah karakter. Dengan menyingkirkan fikiran-fikiran yang salah,
otomatis orang trsebut akan mempunyai cara berfikir yang positif. Dan alhasil,
karakter orang tersebut akan menjadi positif juga.
2. Terapi
mental. Terapi mental adalah cara untuk merubah karakter seseoraang lewat
mentalnya. Mental seseorang harus kuat. Agar dapat menolak semua pengaruh buruk
yang mungkin saja didapatnya dari lingkungan sosial. Seseorang harus mengontrol
dirinya sendiri. Mengontrol dari perbuatan apa saja yang buruk. Setelah mental
orang tersebut sudah kuat, maka tinggal mengarahkan kemana arah mental itu
bertuju. Mental yang positif tentunya. Maka dari itu diperlukan kekuatan do’a
untuk mendapatkan kekuatan mental yang tangguh dan terarah.
3. Terapi
fisik. Dalam merubah karakter seseorang, bukan hanya bagian psikisnya saja yang
perlu dirubah. Tapi bagian jasmani juga perlu. Karena tak ada guna jika fikiran
kita sehat tapi badan kita sakit. Terapi fisik
dilakukan dengan cara menjaga pola makan, istirhat, dan pola olahraga
yang teratur. Jika semua itu dilakukan, insya allah manusia akan sehat secara
jasmani dan rohani.
Penutupan
Maka dari itu,
pendidikan karakter pada manusia mutlak perlu. Khususnya pada mahasiswa. Karena
mahasiswa adalah manusia yang berlatih untuk siap terjun di tengah-tengah
masyarakat. Tentunya mahasiswa ini dibekali ilmu yang cukup tinggi. Cukup
tinggi untuk mengubah masyarakat. Maka dari itu jika mahasiswa berkarakter
tidak baik, maka pengaruhnya kepada masyarakat juga akan tidak baik pula. Atau
bahkan ilmu yang didapatkannya di bangku kuliah tidaklah bermanfaat.
Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam karya tulis ini. Tentu masih banyak sekali
kekurangannya. Dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan rujukan yang ada
hubungannya dengan tema karya tuliis ini. Penulis sangat berharapkepada pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga karya tulis
ini berguna bagi penulis pada khususnya para pembaca yang baik hatinya.
Daftar
Pustaka
Referensi dan dikutip
dari www.goodreads.com