Senin, 22 Juni 2015


Pendidikan karakter (character building)




Pendahuluan
Karakter adalah mainset dari fikiran seseorang yang setiap manusia mempunyainya. Karakter bisa diartikan sebagai sifat dari seseorang. Yang menentukan baik buruknya seseorang tersebut. Pendidikan karakter sebaiknya dilakukan sejak kanak-kanak. Tapi bukan berarti yang dewasa tidak memerlukan pendidikan karakter. Orang dewasa pun memerlukan pendidikan karakter tersebut. Tentunya ada perbedaan cara mendidik karakter seorang anak kecil dan yang sudah beranjak dewasa dan mulai melangkah di dunia nyata. Fikiran seorang anak bagaikan komputer yang masih baru. Sedangkan fikiran seorang remaja bagaikan komputer yang sudah banyak diinstal berbagai macam aplikasi komputer.
Jadi intinya, anak kecil memerlukan pendidikan karakter dasar yang menanamkan dasar-dasar moral dan budi pekerti. Seperti menghormati orang tua, menghormati teman, saudara dan menghormati sesama makhluk hidup lainnya. Sedangkan pendidikan moral pada orang dewasa lebih menjurus ke arah yang lebih spesifik dan mendasar. Karena sebagaimana kita tahu, komputer yang sudah diisi dengan berbagai macam aplikasi dapat melakukan berbagai hal yang mungkin bisa membuat masalah yang besar. Begitu juga manusia dewasa. Jika karakter dari manusia tersebut tidaklah baik, pasti akan membuat masalah dan merepotkan manusia lainnya.
Karakter mahasiswa haruslah bijaksana. Sebagai manusia yang tentunya berilmu tinggi karena mengemban ilmu dari universitas, ilmu yang tinggi ini harus diikuti oleh mainset yang matang. Karena jika tidak, ilmu yang seharusnya menjadi senjata untuk merubah dunia menjadi lebih baik malah menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Dan mungkin mencelakakan orang lain. Maka dari itu, pendidikan bagi seorang mahasiswa mutlak perlu. Selain untuk menanamkan mainset fikiran yang tajam berimbang, juga untuk menutupi lubang-lubang masalah yang mungkin saja ada karena pengaruh lingkungan yang tidak baik.



Latar Belakang
dewasa ini tidak sedikit masyarakat Indonesia yang bertindak anarkis, tidak mentaati peraturan dan bahkan melenceng dari norma-norma adat ketimuran Indonesia. Ini disebabkan karena moral masyarakat bergeser kearah yang tidak baik. Maka dari itu diperlukan pendidikan karakter sejak dini. Manusia Indonesia haruslah menjadi manusia yang hebat. Yang bermoral dan berkarakter. Karakter yang dimaksud adalah karakter Indonesia yang menjunjung tinggi adat ketimuran. Cinta damai, taat akan peraturan, adalah karakter sesungguhnya dari masyarakat Indonesia. Karena masyarakat Indonesia sekarang jauh berbeda dengan yang dulu, maka dari itu diperlukan pendidikan karakter (character building). Dimulai sejak anak usia dini sampai orang dewasa sekalipun.





Topik Pembahasan
            Masyarakat sekarang lebih mengutamakan otot dari pada otak. Apalagi mahasiswa yang kebanyakan remaja. Ego pada diri mahasiswa ini terkadang sangat tinggi. Jadi tak jarang mereka emosi jika kehendak mereka tidak dituruti. Maka tak jarang jika mahasiswa berdemo, sering terjadi bentrokan dengan polisi atau masyarakat lainnya.
            Kebiasaan manusia yang tidak baik juga sangat mempengaruhi karakter mereka. Mereka terpengaruh oleh lingkungan disekitar mereka. Apalagi mahasiswa yang kebanyakan dari mereka jauh dari rumah dan orang tua. Mereka menjadi bebas dan terkadang tidak terkendali.
Kurangnya pendekatan spiritual kepada Allah SWT. Juga berpengaruh besar dengan karakter manusia. Karena jika mereka tidak dekat dengan tuhannya, hati mereka menjadi keras dan ego mereka menjadi sangat tinggi.
Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan karakter pada anaknya. Ini dibuktikan dengan banyaknya anak-anak kecil yang sudah tidak mentaati peraturan. Sekarang banyak anak-anak yang sudah melanggar peraturan. Berkelahi contohnya. Mereka masih kecil tapi sudah berani melanggar norma-norma adat dan agama.

Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk membahas tentang pendidikan karakter. Khusunya untuk mahasiswa. Karena mahasiswa adalah penerus bangsa yang sedang berdiri di pintu kedewasaan dan siap untuk terjun di masyarakat. Pembaca diharapkan untuk mengerti bagaimana karakter yang baik dan tentunya bisa berguna untuk  masyarakat luas. Dan setelah membaca makalah ini, diharapkan  bisa menjadi referensi atau bahan instropeksi diri bagi penulis dan pembaca.



Pendidikan karakter
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Karena manusia mempunyai akal. Tapi terkadang mainset fikiran manusia bisa dikatakan tidak baik. Pendidikan karakter mutlak perlu sejak manusia dalam masa kanak-kanak. Tapi bukan berarti manusia dewasa tidak memerlukan pendidikan karakter. Apalagi mahasiswa yang kebanyakan masih remaja. Remaja adalah masa yang penuh dengan gairah kehidupan. Hal ini menjadikan remaja ber-ego tinggi. Dan terkadang egoisme yang tinggi ini bisa menjadi masalah jika tidak bisa dikendalikan.
Manusia yang ber-ego tinggi biasanya cepat marah. Dan lebih menggunakan otot dari pada otak. Karena otak mereka telah dipenuhi emosi. Dan akibatnya mereka kehilangan kendali atas diri mereka sendiri. Hal ini dapat menjadikan orang yang kehilangan kendali tersebut lebih menggunakan otot dari pada otak mereka. Karena bagi mereka melampiaskan amarah lebih menyenangkan dari pada harus bersabar diri dan menyelesaikan masalah dengan berdiskusi. Pemikiran ini harus dirubah karena kita tahu bahwa kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Manusia seharusnya mempunyai karakter yang cinta damai. Sebagai mana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau bahkan waktu menggunakan otot (dalam hal ini berperang), beliau masih menggunakan otak. Beliau tidak akan menyerang. Melainkan bertahan. Karakter yang mulia inilah yang harus dicontoh oleh manusia. Otot mungkin bisa menyelesaikan satu masalah. Tapi malah akan menimbulkan masalah lain nantinya. Karena otot adalah buah dari nafsu. dan sebagaimana kita tahu bahwa nafsu (dalam hal ini adalah amarah) tidaklah baik.
Kebiasaan manusia memiliki andil yang cukup besar dalam pembentukan karakter manusia. Karena karakter manusia sebagian besar dibentuk oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang tidak sehat mungkin saja bisa menggoyahkan pendirian mereka dan akhirnya menjadikan karakter mereka menjadi tidak baik. Sifat dasar manusia yang hanya ingin bersenang-senang menjadikan mereka memiliki kebiasaan yang buruk. Pergi ke tempat hiburan malam tiap hari, bergaul dengan orang yang bebas, minum-minuman keras dan lain-lain bisa membentuk buruknya karakter manusia. Manusia harus menempa dirinya. Dengan masalah hidup yang dihadapinya, manusia menjadi lebih kuat. Dan tentunya itu akan membentuk karakter manusia menjadi kuat pula. Karakter kuat yang dimaksud adalah karakter yang hebat. Yang dapat mengatasi masalah dengan kepala dingin, bisa mengendalikan nafsu amarah dan bisa menurunkan ego dari seseorang.
Manusia haruslah mempunya kebiasaan yang baik. Disiplin waktu, menjalankan perintah agama dan lain-lain. Karena kita tahu bahwa lingkungan membentuk sebagian besar karakter seorang manusia. Kebiasaan ini diajarkan pada saat manusia masih dalam masa kanak-kanak. Namun juga bisa dirubah dengan sedikit usaha dan banyak kemauan. Karena merubah kebiasaan seseorang memerlukan waktu dan kemauan, maka dari itu diharapkan manusia memiliki kebiasaan yang baik diwaktu kecil dan menjaga kebiasaan baik itu sampai kapanpun. Atau bahkan terus menambah kebiasaan-kebiasaan baik lainnya. Jika sudah memiliki kebiasaan yang baik diwaktu kecil, jangan sampai terpengaruh lingkungan disekitar yang buruk. Sehingga kebiasaan baik tersebut tergantikan oleh kebiasaan buruk yang dibawa oleh lingkungan yang tidak sehat di sekitar manusia.
Manusia dapat memiliiki karakter yang kuat dan tidak gampang berubah jika memiliki iman yang kuat. Kebiasaan-kebiasaan baik dari kecil bisa terus berjalan dan mungkin malah bertambah banyak dengan cara pendekatan spiritual. Atau dengan kata lain terus menambah ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena jika kita bertaqwa, beriman, tidak akan pernah kita merubah kebiasaan baik kita. Mungkin malah akan semakin bertambah. Maka dari itu, sebagai masyarakat Indonesia yang semua harus beragama kita harus terus mendekatkan diri kepada tuhan.
            Peran orang tua dalam pembentukan karakter juga sangatlah penting. Karena pada saat kecillah dasar-dasar atau pondasi dari karakter seseorang terbentuk. Jika pondasinya kuat, maka karakter anak tersebut juga akan kuat, tidak mudah goyah dan akan menolak semua pengaruh buruk yang mungkin saja datang kepadanya. Tapi sayang. Sekarang ini banyak orang tua yang tidak sadar dengan hal itu. Para orang tua banyak yang sibuk akan dunianya sendiri. Mereka lebih mengutamakan karir mereka daripada karakter anak mereka sendiri.  Para orang tua dengan tidak sengaja sering mengajarkan untuk berbohong, mengajarkan untuk tidak sabar dan bahkan mengajarkan mereka tidak mentaati peraturan.
            Banyak orang tua yang jika ditanya anaknya darimana, mereka menjawab dari tempat A padahal dari tempat B. Itu secara tidak langsung mengajarkan anaknya berbohong. Mungkin anak tidak mengetahui kebohongan orang tuanya. Tapi mereka bisa belajar. Dan daya serap belajar pada anak usia dini, jauh lebih cepat dan efektif dari orang dewasa. Maka tidak salah jika anak-anak Indonesia banyak yang sudah pandai berbohong walaupun masih kecil. Itu baru contoh hal yang kecil. Terkadang ada orang tua yang dengan mentah-mentah mengajari anaknya berbohong kepada orang lain. Tentunya ini sangat berbahaya pada karakter anak dikemudian hari.



            Tidak sedikit pula orang tua yang mengajarkan anaknya untuk tidak sabaran. Mereka mengajarkan kepada anaknya untuk menyerobot antrian, tidak mau menunggu dan bahkan marah-marah jika menunggu lama. Orang tua terkadang marah jika mengajari anaknya pelajaran di sekolah. Ini secara tidak langsung juga berperan aktif dalam memunculkan pemikiran ketidaksabaran pada anak. Anak mungkin menjadi kesal dan dendam atas perlakuan yang didapatnya tersebut. Maka dari  itu anak menjadi marah-marah juga kelak nanti jika sedang mengajarkan sesuatu pada orang lain. Itu baru contoh kecil yang mungkin tanpa kita sadari. Tapi itu berpengaruh besar dikemudian hari.
            Anak sekarang sering terlambat datang kesekolah. Jangankan anak-anak. Mahasiswa dan orang dewasa lainnya juga sering datang terlambat. Entah itu dikarenakan kebiasaan dari kecil atau perubahan instan akibat lingkungan. Tapi yang jelas, jangan sampai terlambat menjadi karakter orang Indonesia. Jika itu akibat lingkungan, bisa saja dengan mudah dirubah. Tapi jika itu adalah kebiasaan dari kecil yang diajarkan orang tuanya, mungkin butuh tenaga ekstra untuk merubahnya. Terkadang orang tua sekarang secara tidak sadar mengajarkan kepada anaknya untuk melanggar peraturan. Seakan-akan kata-kata peraturan dibuat untuk dilanggar sudah menjadi pemahaman umum dikalangan anak-anak dan orang dewasa. Contohnya dikala mengendarai kendaraan bermotor tanpa pengaman. Orang tua sering menunjukkan pelanggaran kecil tersebut. Kecil memang, tapi besar dikemudian hari jika sampai anak-anak melihat dan bahkan mencontohnya. Anak-anak akan meniru apa yang dilakukan orang disekitarnya. Apalagi orang tuanya. Maka dari itu, berhati-hati dalam membangun pondasi karakter pada anak.
Logikanya, jika pondasi dari sebuah rumah itu tidak bagus, maka bangunannya juga tidak akan bagus. Mungkin bisa roboh. Sama halnya dengan anak kecil. Dimana pondasi karakter dibentuk.

Faktor-faktor pembentukan karakter.
            Ada dua faktor penyabab terbentuknya karakter seseorang. Yang pertama internal dan yang kedua eksternal.
I, Faktor internal.
Faktor internal terbagi menjadi tiga bagian.
1.      Faktor instink biologis. Manusia mempunyai instink lapar. Itu sudah biasa. tapi dorongan makan yang berlebih yang dapat menyebabkan sikap rakus dalam diri seseorang.
2.      Kebutuhan psikologis. Yang disebut sebagai kebutuhan psikologis adalah rasa aman, nyaman, penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri. Ini dibutuhkan manusia untuk rasa nyaman yang tentunya setiap manusia ingin mendapatkannya. Tanpa adanya rasa nyaman, manusia akan stress.
3.      Kebutuhan pemikiran. Yang disebut kebutuhan pemikiran yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara berfikir seseorang. Sebagaimana kita tahu bahwa otak adalah pusat dari tubuh manusia. Otank memerintahkan tubuh manusia untuk bergerak. Jika pemikiran otak kita sudah benar, maka tenunya perbuatan kita benar pula.

II. Faktor eksternal.
Faktor eksternal dibagi menjadi tiga bagian juga.
1.      Lingkungan keluarga. Keluarga adalah orang-orang yang menemani kita tumbuh hingga dewasa. Bersama keluarga, kita mendapatkan dasar-dasar pelajaran moral dan etika. Dan tentunya lewat keluargalah watak dan karakter seseorang terbentuk.
2.      Lingkungan sosial. Jika di rumah manusia berkumpul dengan keluarga, maka diluar rumah lingkungan sosial yang menemani manusia. Tentunya manusia tidak bisa berada didalam rumah saja. Karena hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Yang artinya tidak bisa hidup sendiri atau membutuhkan orang lain untuk menunjang kehidupan. Tentunya lingkungan sosial dimana manusia bergaul juga membentuk karakter dari seseorang. Berhati-hati dalam memilih pergaulan atau lingkungan sosial adalah wajib perlu. Karena jika tidak berhati-hati, karakter seseorang yang sebenrnya sudah baik malah menjadi buruk.
3.      Lingkungan pendidikan. Yang terakhir adalah lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan dimana kita dididik dan diajarkan tentang moral dan etika tentunya sangaat berpengaruh terhadap karakter seseorang. Karena di dunia pendidikanlah otak kita didoktrinn untuk menjadi benar. Jika mengajarnya salah, tentunya yang masuk juga salah. Maka dari itu, memilih sekolah juga sangat perlu dan harus berhati-hati.

Islam membagi akhlak menjadi 2.
Didalam islam, akhlak seseorang terbagi menjadi 2. Yaitu fitriyah dan muktasabah.
1.      Akhlak fitriyah. Yaitu akhlak yang dibawa sejak lahir atau sudah ada didalam hati seseorang. Setiap manusia mempunyai karakter yang berbeda-beda. Tergantung berasal dari mana keluarganya berada. Maksudnya, jika keluarga tersebut mendukung pertumbuhan karakter anak tersebut menjadi baik, maka akan baik karakternya.
2.      Akhlak mutasabah. Yaitu akhlak yang terbentuk secara instan akibat lingkungan sosial. Akhlak ini tentunya tidak dibawa sejak lahir. Karena akhlak atau perilaku ini didapatkan karena sering berinteraksi antar sesama makhluk sosial yang lain. Ini bisa menjadikan kebiasaan yang baik jika lingkungan sosialnya mendukung untuk menjadi baik. Namun sangat merugikan bila lingkungan itu tidaklah baik.







Membentuk kepribadian unggul
            Kepribadian akan terbentuk setelah melalui beberapa proses. Tentu semua yang baik selalu melalui proses terlebih dahulu. Karena Allah menilai segala sesuatunya dari proses.
1.      Adanya nilai yang diserap seseorang dari beberapa sumber. Mungkin agama, ideologi, dan sebagainya.
2.      Nilai membentuk pola pikir seseorang yang secara keseluruhan keluar dalam rumusan visinya.
3.      Visi turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk mentalitas.
4.      Mentaliitas mengaliir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap.
5.      Sikap yang dominan dalam diri seseorang secara kumulatif mencitrai dirinya sendiri yang disebut kepribadian. (www.goodreads.com)

Cara merubah karakter
            Bukan berarti seseorang yang terlanjur berkarakter buruk lantas tidak bisa berubah menjadi baik. Semua orang bisa berubah. Karena Allah menganugerahi manusia akal untuk berfikir. Dan akal ini insya Allah bisa untuk dirubah dengan terapi-terapi berikut ini.
1.      Terapi kognitif. Terapi kognitif adalah terapi cara berfikir seseorang. Dengan memperbaiki cara berfikir seseorang, tentu merubah karakter seseorang tersebut. Karena semua yang dilakukan seseorang dikendalikan oleh fikiran dari orang tersebut. Membersihkan fikiran seseorang dari fikiran buruk adalah cara yang tepat untuk merubah karakter. Dengan menyingkirkan fikiran-fikiran yang salah, otomatis orang trsebut akan mempunyai cara berfikir yang positif. Dan alhasil, karakter orang tersebut akan menjadi positif juga.
2.      Terapi mental. Terapi mental adalah cara untuk merubah karakter seseoraang lewat mentalnya. Mental seseorang harus kuat. Agar dapat menolak semua pengaruh buruk yang mungkin saja didapatnya dari lingkungan sosial. Seseorang harus mengontrol dirinya sendiri. Mengontrol dari perbuatan apa saja yang buruk. Setelah mental orang tersebut sudah kuat, maka tinggal mengarahkan kemana arah mental itu bertuju. Mental yang positif tentunya. Maka dari itu diperlukan kekuatan do’a untuk mendapatkan kekuatan mental yang tangguh dan terarah.
3.      Terapi fisik. Dalam merubah karakter seseorang, bukan hanya bagian psikisnya saja yang perlu dirubah. Tapi bagian jasmani juga perlu. Karena tak ada guna jika fikiran kita sehat tapi badan kita sakit. Terapi fisik  dilakukan dengan cara menjaga pola makan, istirhat, dan pola olahraga yang teratur. Jika semua itu dilakukan, insya allah manusia akan sehat secara jasmani dan rohani.





Penutupan
            Maka dari itu, pendidikan karakter pada manusia mutlak perlu. Khususnya pada mahasiswa. Karena mahasiswa adalah manusia yang berlatih untuk siap terjun di tengah-tengah masyarakat. Tentunya mahasiswa ini dibekali ilmu yang cukup tinggi. Cukup tinggi untuk mengubah masyarakat. Maka dari itu jika mahasiswa berkarakter tidak baik, maka pengaruhnya kepada masyarakat juga akan tidak baik pula. Atau bahkan ilmu yang didapatkannya di bangku kuliah tidaklah bermanfaat.
            Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam karya tulis ini. Tentu masih banyak sekali kekurangannya. Dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan rujukan yang ada hubungannya dengan tema karya tuliis ini. Penulis sangat berharapkepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga karya tulis ini berguna bagi penulis pada khususnya para pembaca yang baik hatinya.




Daftar Pustaka
Referensi dan dikutip dari www.goodreads.com

1 komentar: